Saturday, October 12, 2013

SEJARAH TOGA DALAM UPACARA WISUDA SERTA FILOSOFINYA

SEJARAH TOGA DALAM UPACARA WISUDA SERTA FILOSOFINYA
SEJARAH TOGA
Kata toga sebenarnya berasal di tego, yang bahasa latinnya berarti penutup. Walaupun umumnya dikaitkan dengan Bangsa Romawi, toga tersebut sebenarnya berasal dari sejenis jubah  yang dikenakan oleh pribumi Bangsa Italia, yaitu bangsa etruskan  hidup di croatia sejak 1200 sebelum Masehi. Waktu itu, bentuk toga belum berbentuk jubah seperti saat ini, namun hanya kain sepanjang 6 meter yang cara menggunakannya hanya dililitkan ke tubuh saja. walau tidak praktis, toga merupakan satu-satunya baju yang dianggap pantas sewaktu seseorang berada diluar ruangan sebagai penutup tubuh mereka.

Sejarah toga setelah itu berkembang di romawi ketika toga dijadikan busana orang-orang Bangsa Romawi. Ketika itu toga  merupakan pakaian yang berupa sehelai mantel wol tebal  yang dipakai sesudah memakai cawat atau celemek. Toga ini diyakini telah ada sejak raja Roma ke-2 yaitu pada era numapompilius. Toga tidak dikenakan bila pemakainya berada di dalam suatu ruangan, atau saat melakukan pekerjaan yang berat di ladang. Toga dianggap sebagai satu-satunya busana yang pantas bila berada di luar ruangan.

Dari waktu ke waktu, pemakaian toga sebagai busana sehari-hari perlahan mulai ditinggalkan. Tapi tidak berarti toga hilang begitu saja. Karena sesudah itu bentuknya dimodifikasi menjadi sejenis jubah seperti saat ini. Modifikasi tersebut mengangkat derajat toga dari baju sehari-hari menjadi baju resmi seremonial  seperti yang digunakan saat seremonial wisuda.

Di negera barat, seragam kelulusan disebut gown. Sedangkan topi berbentuk bujur sangkar disebut mortarboard. Ada juga yang menyebutnya   "black cap" dan graduate cap.

Banyak peneliti yang yakin bahwa mortarboard merupakan pengembangan dari biretta, yaitu topi yang  dikenakan oleh pendeta Katolik di Roma. Biretta terinspirasi dari bahasa Italia yaitu "berretto". Pada jaman Romawi sekitar abad 12 - 14, berretto digunakan sebagai ciri bagi kalangan pelajar akademik, humanis, serta seniman,

Meskipun demikian, secara paten mortarboard malah menjadi milik penemu di Amerika Serikat, yaitu Edward O` Reilly dan imam Katolik, John Durham pada tahun 1950.

Sejak disahkannya secara paten , mortarboard dengan bentuk seperti  sekarang ini menjadi umum di seluruh dunia. Penambahan tali pada mortarboard pun diduga berasal darii tradisi orang Bangsa Amerika. Di negara Amerika tersebut , semua jenis kelulusan dari tingkat sekolah dasar sampai SMA dan Universitas selalu mengenakan "gown" dan "mortarboard".


FILOSOFI PAKAIAN DAN TOPI TOGA SAAT DIGUNAKAN UNTUK WISUDA 







Salah satu filosofi toga yaitu arti dari warna hitam pada toga. Ternyata pemilihan warna hitam gelap pada toga merupakan simbolisasi yaitu misteri serta kegelapan telah berhasil dilalui oleh sarjana sewaktu mereka menempuh pendidikan di bangku perkuliahan, tidak hanya itu, sarjana juga diharapkan mampu membuka kegelapan dengann ilmu pengetahuan yang selama ini telah didapat. Warna hitam juga melambangkan keagungan. Oleh karena itu, tak hanya sarjana saja, melainkan ada hakim serta separuh pemuka agama pula memakai warna hitam pada jubah mereka.

Tidak hanya warna pada jubah toga  yang memuat filosofi yang mendalam, tetapi bentuk persegi pada topi toga juga memiliki filosofi. sudut-sudut persegi pada topi toga tersebut menyimbolkan tentang seorang sarjana yang dituntut untuk berpikir rasional serta memandang segala sesuatu hal melalui beberapa sudut pandang.

Tali pada mortarboard dapat disebut juga dengan "tassel". Tidak semua tingkatan pada pendidikan di Amerika Serikat selalu memindahkan tasselnya dari kiri ke kanan, meskipun tassel menjadi aksesoris penting pada mortarboard. Contohnya, waktu mahasiswa pascasarjana (S2) tassel selalu dibiarkan di sisi kiri.
Warna tassel pun beraneka ragam. Pada tingkat senior hight warna tassel terdiri dari 3 warna, salah satunya merupakan warna sekolah  (color identity. Kemudian di tingkat sekolah tinggi, mahasiswa yang telah  lulus dengan gelar cum laude mengenakan tassel yang berwarna emas.
 
Kebanyakan pada upacara wisuda, tassel sering dipindahkan dari sisi kiri ke kanan. Ada pendapat yang menyebutkan, pemindahan tassel ini dapat diartikan bahwa mahasiswa saat belajar di universitas selalu mempergunakan otak kiri mereka. Maka dari itu, setelah lulus tassel dipindahkan ke sisi kanan dengan harapan agar saat terjun ke dunia masyarakat, mahasiswa  juga menggunakan otak kanan mereka. Pendapat lain yang secara umum dipercaya oleh masyarakat barat juga menyebutkan bahwa ini hanya prosesi biasa. Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa jika tassel menggantung di sisi kanan maka itu berarti mahasiswa bersetatus calon kelulusan, apabila tassel dipindahkan ke sisi kiri artinya sudah bersetatus lulus.

Semoga Sejarah Toga dalam Upacara Wisuda serta Filosofinya ini dapat bermanfaat bagi Sahabat RJ. Jika sahabat RJ membutuhkan Toga serta perlengkapan lainnya bisa mengunjungi www.rumahjahit.com.

0 comments:

Post a Comment